Pesantren Muhammadiyah dalam Lanskap Pendidikan Nasional

Publish

24 December 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
131
Foto Ilustrasi

Foto Ilustrasi

Pesantren Muhammadiyah dalam Lanskap Pendidikan Nasional

Oleh: M. Saifudin, Pengasuh Ponpes Modern Muhammadiyah Sangen, Weru, Sukoharjo Jawa Tengah, Anggota Pimpinan LP2M-PDM Sukoharjo

“…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-Mujādilah: 11)

Ayat ini sering kita dengar, dan maknanya selalu relevan untuk dibaca ulang. Allah meninggikan derajat manusia bukan hanya karena iman, dan bukan pula karena ilmu, melainkan karena keduanya berjalan bersamaan. Buya Hamka, dalam Tafsir Al-Azhar, menafsirkan ayat ini dengan ungkapan yang indah dan membumi, iman memberi cahaya pada jiwa dan moral, sementara ilmu memberi sinar pada mata. Iman membimbing arah hidup, sedangkan ilmu memberi kemampuan melangkah.

Kolaborasi iman dan ilmu inilah yang menjadi ruh pendidikan Muhammadiyah. Pendidikan tidak sekadar mencetak manusia agar cerdas dan pintar, tetapi membimbing manusia menemukan arah hidupnya. Karena itu, pendidikan bertujuan mengembalikan manusia pada fitrahnya, yaitu menjadi ”abdullah”, hamba Allah yang taat, sekaligus ”khalifah” yang bertanggung jawab mengelola bumi.

Dalam konteks pendidikan nasional, cita-cita ini sejatinya sudah secara jelas tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan diarahkan untuk membentuk manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, sekaligus berilmu, kreatif, dan bertanggung jawab. Namun, realitas di lapangan sering kali tidak sederhana. Sekolah umum memikul beban yang sangat besar, sementara sistem, kurikulum, dan waktu yang tersedia relatif terbatas.

Di tengah kegelisahan dunia pendidikan nasional yang sering terjebak pada capaian administratif dan angka-angka, Muhammadiyah menghadirkan alternatif pendidikan yang lebih utuh. Pesantren Muhammadiyah hadir dan mengalami perkembangan yang sangat pesat. Bahkan dalam dua dekade terakhir, pesantren Muhammadiyah tumbuh pesat dengan beragam model: pesantren integral dengan sekolah umum; Muhammadiyah Boarding School; pesantren TrenSains; pesantren tahfidz; dan pesantren panti asuhan. Jumlahnya terus bertambah, dan kepercayaan masyarakat kian meningkat. Pesantren Muhammadiyah tidak lagi dipandang sebagai pendidikan tanpa bentuk, melainkan semakin diterima sebagai pilihan utama.

Perkembangan ini tentu patut disyukuri. Namun, pertumbuhan yang cepat selalu membawa konsekuensi. Semakin banyak pesantren berdiri, semakin besar pula kebutuhan akan sumber daya manusia yang berkualitas. Pesantren bukan sekadar soal gedung, kurikulum, atau jumlah santri. Pesantren hidup dan bertahan karena manusianya: para pendidik, pengasuh, dan pengelolanya.

Di sinilah tantangan besar pesantren Muhammadiyah hari ini. Tidak mudah menemukan SDM yang bukan hanya mampu mengajar, tetapi juga memahami ruh pendidikan, menghayati tujuan dan nilai-nilai Muhammadiyah. Pesantren Muhammadiyah membutuhkan pendidik yang bukan sekadar profesional, tetapi juga ideologis dalam arti positif, yakni, berakidah kokoh, berilmu luas, dan beramal tulus. Tanpa itu, pertumbuhan pesantren berisiko hanya melahirkan kelembagaan yang kuat secara fisik, namun lemah secara ruhani.

Karena itu, penguatan sumber daya manusia tidak bisa berjalan sambil lalu. Ia perlu disiapkan secara terencana, by design. Kaderisasi melalui Darul Arqam dan Baitul Arqam menjadi momen penting untuk menanamkan nilai, membangun cara pandang, dan memperkuat kepribadian Muhammadiyah. Program safari dakwah dan pengabdian santri pasca pendidikan juga perlu dimaknai sebagai fase pembentukan karakter, penguatan jiwa pendidik, dan penanaman tanggung jawab sosial, bukan sekadar kewajiban bersifat formalitas.

Kaderisasi juga perlu diperluas dengan memberi ruang bagi pendidik pesantren Muhammadiyah untuk terus belajar. Memfasilitasi kader melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, membuka akses pelatihan, serta membangun jejaring keilmuan, merupakan investasi jangka panjang. Pesantren Muhammadiyah tidak hanya membutuhkan pengajar untuk hari ini, tetapi juga pemikir dan pemimpin pendidikan untuk masa depan.

Perkembangan pesat pesantren Muhammadiyah adalah kabar baik bagi umat dan bangsa. Namun, pertumbuhan itu perlu diimbangi dengan kesungguhan menyiapkan manusianya. Jika iman dan ilmu dipertemukan, dan kaderisasi dijalankan dengan kesadaran penuh, pesantren Muhammadiyah tidak hanya akan berkembang pesar jumlahnya, tetapi juga meningkat kualitasnya. Dan diharapkan lahir generasi yang tidak hanya cerdas dan saleh secara personal sebagai “abdullah”, tetapi juga memiliki tanggung jawab sebagai “khalifah” di tengah kehidupan masyarakat.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas   Mari kita telaah lebih ....

Suara Muhammadiyah

27 May 2025

Wawasan

Implementasi P5 di Sekolah Dasar Muhammadiyah Purworejo Oleh: Nur Ngazizah, S.Si.M.Pd, Dosen PGSD U....

Suara Muhammadiyah

30 July 2024

Wawasan

Fanatik Ciri Kebodohan Ika Sofia Rizqiani, S.Pd.I, M.S.I. “Kita itu boleh punya prinsip, a....

Suara Muhammadiyah

5 August 2024

Wawasan

Berani Ketika Orang Lain Tak Bernyali Oleh: Muhammad Fakhrudin Di dalam artikel “Perilaku Mu....

Suara Muhammadiyah

19 November 2025

Wawasan

Hari Populasi Sedunia dan Nurani untuk Palestina Oleh: Teguh Pamungkas, Relawan Muhammadiyah Sejak....

Suara Muhammadiyah

19 July 2024