Refleksi 80 Tahun Indonesia Merdeka

Publish

18 August 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
59
Dok Istimewa

Dok Istimewa

Refleksi 80 Tahun Indonesia Merdeka

Oleh: Rumini Zulfikar (Gus Zul), Penasehat PRM Troketon, Pedan, Klaten

"Makna Kemerdekaan adalah kita terbebas dari belenggu-belenggu nafsu yang membawa kita menjadi terjajah, baik ruhani maupun jasmani.
Pada hari ini, 17 Agustus 2025, bangsa Indonesia merayakan hari kemerdekaan yang ke-80. Sebuah anugerah dari Allah SWT atas semua nikmat dan rahmat-Nya. Banyak cara kita dalam menyambut, memperingati hari kemerdekaan tersebut, sebagai rasa syukur dan bentuk tanggung jawab sebagai generasi penerus. Yaitu dengan merawat, menjaga, serta melanjutkan perjuangan para pahlawan, pendiri bangsa, pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia dengan membangun negeri ini dengan jiwa dan raga kita.

Seperti halnya apa yang telah dilakukan di kampung penulis (Gus Zul) yang mana sebagai bentuk menghargai jasa para pahlawan serta melanjutkan pembangunan, pada malam peringatan diadakan malam tasyakuran 80 Tahun Indonesia Merdeka. Dan kebetulan penulis (Gus Zul) dimohon untuk mengisi tausyiah kebangsaan di lingkup dua RT dalam satu RW di Dukuh Keron, Troketon.

Pada kesempatan itu, penulis mengajak hadirin warga di dua RT yang hadir kurang lebih 200 orang untuk mendoakan para pahlawan kemerdekaan serta mengingatkan bahwa kita tidak boleh melupakan jasa-jasanya. Setelah memimpin doa, penulis membakar semangat para hadirin di malam peringatan hari kemerdekaan, yaitu dengan membangun rasa handarbeni (merasakan memiliki) lingkungan kita "Kuncara", yaitu sebuah daerah yang mulia, masyhur, dan menjadi maju serta sejahtera.

Bersatu, Berdaulat, Masyarakat Sejahtera dan Maju.
Dalam tausyiah kebangsaan, penulis mengutip sebuah ayat: "Rabbi jalni hadza baladan amiin" (Ya Allah, anugerahi negeri kami yang sejahtera dan damai).

Maka untuk menggapai sebuah impian tersebut harus dibangun budaya.

Pertama, kerukunan, yaitu sebuah nilai kebersamaan dengan menanggalkan ego atau nafsu pribadi, kelompok, golongan dengan lebih mementingkan kepentingan yang lebih besar, yaitu lingkungan, masyarakat, bangsa, dan negara. Maka kerukunan, rasa bersatu yang didasari atas ikatan agama, masyarakat, bangsa, dan negara akan menumbuhkan rasa patriotisme dan nasionalisme terhadap bangsa dan negara ini, sehingga akan kokoh. Hal ini menjadi modal untuk membangun negeri yang tercinta ini.

Yang kedua, berdaulat.
Jika kita berbicara kedaulatan maka kita harus melihat secara luas dalam arti dan makna kedaulatan itu sendiri, yaitu kedaulatan wilayah bangsa kita. Selain itu, untuk menopang kedaulatan maka ketahanan dan pertahanan, baik secara ekonomi (pangan, sumber daya alam), politik, maupun budaya, harus mampu berdiri tegak dengan kekuatan kita sendiri. Maka kata kemandirian bangsa ini yang harus dijaga. Jika kemandirian dan kedaulatan ini mampu kita jaga dengan baik, kita tidak akan mudah dirongrong atau dijajah kembali di era modern. Sebaliknya, jika kita lemah, maka kita akan sangat mudah dipermainkan bangsa lain serta menjadi bangsa yang jongos.

Yang ketiga adalah masyarakat sejahtera dan maju.
Sebenarnya bangsa kita ini negeri yang gemah ripah loh jinawi, bangsa yang subur dan makmur. Tinggal bagaimana kita sebagai anak bangsa mengelola sumber daya alam ini. Jangan sampai kita menghianati alam yang subur ini serta menghianati Undang-Undang Dasar Negara Indonesia 1945 dan Pancasila sebagai dasar pedoman hidup seluruh rakyat Indonesia. Maka momentum di hari kemerdekaan inilah saat yang baik untuk bahan introspeksi bagi pemangku kebijakan eksekutif, legislatif, dan yudikatif dengan memberikan rasa keadilan yang nyata untuk rakyatnya, tidak sewenang-wenang, tidak menindas rakyatnya. Sehingga kemakmuran dan kesejahteraan akan terwujud.

Dan ini merupakan kewajiban yang harus dilakukan para pemimpin negeri ini sehingga nantinya akan bisa mengejawantahkan sebuah filosofi "Hangesti Tejaning Jati" (Nilai yang baik akan memberikan cahaya yang sejati) dalam kehidupan ini. Hal ini selaras dengan firman Allah dalam surat Hud ayat 117:

وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرٰى بِظُلْمٍ وَّاَهْلُهَا مُصْلِحُوْنَ ۝١١٧
wa mâ kâna rabbuka liyuhlikal-qurâ bidhulmiw wa ahluhâ mushliḥûn
"Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim sedangkan penduduknya berbuat kebaikan."

Jika kita ingin negeri ini menjadi Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur, maka kita harus menyelaraskan hati yang bersih nan suci, pikiran yang jauh dari nafsu setan, dan tindakan yang selalu terbimbing oleh Allah SWT.

Dan sebuah peristiwa atau momen yang digagas oleh penulis yaitu tentang RTH (Ruang Terbuka Hijau) Alun-Alun Sasana Wilapa Gayam di Dukuh Keron yang resmi dipergunakan dan diresmikan oleh Kepala Desa Troketon (Sunaryo), dihadiri ketua RT, ketua RW, masyarakat Dukuh Keron, Sawahan, Ngalasan, serta Karang Taruna.

Dirgahayu Indonesia, jaya selalu. Aamiin.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Puasa dan Ketahanan Keluarga Oleh: Dr. M. Samson Fajar, M.Sos.I., Dosen UM Metro Hari pertama Rama....

Suara Muhammadiyah

11 March 2024

Wawasan

Menyelamatkan Homo Digitalis dari Kehidupan Inersia Oleh: Agusliadi Massere Era digital hari ini a....

Suara Muhammadiyah

12 November 2023

Wawasan

Spirit Hijrah dalam Menjaga Pusaka Kehidupan Umat Oleh: Rumini Zulfikar, Penasehat PRM Troketon "B....

Suara Muhammadiyah

20 July 2024

Wawasan

Implikasi Melipat  Oleh: Dr. Nasrullah, M.Pd., Alumni Program (S3) Doktor Pendidikan Isla....

Suara Muhammadiyah

10 March 2025

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Apakah Islam mendorong manusia untuk berpikir, berinovasi, mengeksplorasi dan m....

Suara Muhammadiyah

3 November 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah