Saling Menasihati dalam Hidup Bertetangga

Publish

28 August 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
96
Foto iProperty

Foto iProperty

Saling Menasihati dalam Hidup Bertetangga

Oleh: Mohammad Fakhrudin

Topik “Memelihara Kehormatan dan Nama Baik Tetangga” yang telah dipublikasi di Suara Muhammadiyah online, 22 Agustus 2025, merupakan butir ke-6 dari 11 butir perilaku hidup bertetangga yang terdapat di dalam Himpunan Putusan Tarjih Jilid 3 (hlm.456). Berkaitan dengan uraian tentang topik tersebut, ada hal yang perlu mendapat perhatian kembali. 

Di antara kita ada yang mengibaratkan perjalanan hidup kita bagai roda berputar. Suatu ketika kita berada di atas, tetapi pada saat yang lain kita berada di bawah. Ibarat itu dengan mudah dapat kita pahami.

Ada contoh menarik yang perlu kita jadikan renungan. Prof. Dr. Din Samsudin, M.A. adalah Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2005-2010 dan 2010-2015. Selesai mengemban amanah tersebut, beliau dilantik menjadi Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pondok Labu, 18  November 2015.

Warga Muhamadiyah memelihara kehormatan dan nama baiknya, baik ketika beliau menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah maupun ketika menjadi Pimpinan Ranting Muhammadiyah. Beliau tidak menjadi bahan olok-olok atau cemoohan. Warga Muhammadiyah yang menjadi tetangganya tidak mengolok-olok. Mereka tetap menjaga kehormatan dan nama baiknya.

Pada era pemerintahan Joko Widodo beliau pernah mendapat amanah menjadi utusan khusus untuk dialog dan kerja sama antaragama dan peradaban. Namun, beliau mengundurkan diri. Jika menjadi tetangganya, apakah kita merendahkannya? Sebagai orang beriman, kita tetap wajib memelihara kehormatan dan nama baiknya.
Di lingkungan kita tinggal mungkin ada tetangga yang mempunyai perjalanan hidup mirip dengan beliau. Tetangga kita itu pernah menjadi pejabat terhormat. Berangkat ke tempat kerja dijemput dan pulang diantar. 

Setelah berakhir masa jabatannya, terjadi perubahan yang signifikan di dalam kehidupannya. Dia tidak lagi dijemput ketika berangkat ke tempat bekerja dan diantar ketika pulang. Dia hidup bersahaja. 

Berkaitan dengan keadaannya yang demikian, apakah kita tidak lagi menghormatinya?  Sebagai insan berakhlak mulia, kita tetap memelihara dan  menjaga kehormatan serta nama baiknya.  

Topik kajian “Saling Menasihati dalam Hidup Bertetangga” yang diuraikan pada edisi ini merupakan butir ke-7 dari 11 butir perilaku hidup bertetangga. Lengkapnya adalah saling menasihati dalam hal-hal yang dipandang perlu, sebagai perwujudan kewajiban ber-amar makruf nahi mungkar dengan sabar dan santun. 

Perintah Saling Menasihati

Di dalam surat al-’Ashr (103): 1-3 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)

”Demi masa. Sesungguhnya, manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya tetap di atas kesabaran.” 

Dari ayat tersebut kita ketahui bahwa saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya tetap di atas kesabaran merupakan amal saleh yang menyebabkan kita tidak di dalam kerugian. Dengan kata lain, jika ingin beruntung, kita beramal saleh saling menasihati. 

Saling menasihati kita lakukan dalam rangka amar makruf nahi mungkar. Tidak dibenarkan amar mungkar nahi makruf sebab perilaku ini merupakan perilaku setan.  

Perintah amar makruf nahi mungkar terdapat di dalam surat, antara lain, Ali ‘Imran (3):104

وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ 

“Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

Sebatas Menasihati

Kewajiban kita hanya sebatas menyampaikan nasihat. Kita tidak dapat memberikan hidayah. Hanya Allah  Subhanahu wa Ta’ala yang dapat memberikannya. 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam Al-Qur’an surat al-Maidah (5): 52 

وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَاحْذَرُوا ۚ فَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَاعْلَمُوا أَنَّمَا عَلَىٰ رَسُولِنَا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ

“Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul-(Nya) dan berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami, hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.”

Oleh karena itu, di sampig menasihati, kita berkewajiban berdoa agar tetangga yang kita nasihati mendapat hidayah sehingga berubah dari buruk menjadi baik dan dari baik menjadi lebih baik.

Banyak contoh yang harus kita jadikan nasihat. Kan’an, anak Nabi Nuh, tidak menuruti nasihat ayahnya. Walihah, istri Nabi Luth, tidak mematuhi nasihat suaminya. Abu Thalib hingga akhir hidupnya tidak mengikuti nasihat Nabi Muhammad shallallau ‘alaihi wa sallam untuk memeluk Islam. Dia adalah pamannya yang dengan penuh kasih sayang mengasuhnya dan selalu membelanya ketika Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan terancam oleh kaum kafir Quraisy. 

Ragam Watak Tetangga

Ada tetangga yang mau curhat kepada kita dan minta nasihat. Dia mau mendengarkan nasihat dengan baik dan mau melaksanakannya sehingga berhasil mengatasi masalah yang dihadapinya. Lalu, dia pun berterima kasih kepada kita.

Di antara tetangga kita ada pula yang sering minta nasihat. Ketika mengalami masalah besar di dalam rumah tangganya, dia tampak sungguh-sungguh minta nasihat. Namun, setelah kita beri nasihat, dia tidak melaksanakannya. Akibatnya, dia tetap saja menghadapi masalah tersebut. 

Ada juga tetangga yang minta nasihat, tetapi ketika kita nasihati, dia justru sering menyela pembicaraan. Bahkan, dia sering mengubah arah pembicaraan sehingga nasihat kita tidak lagi mengarah kepada masalah utama. Tidak jarang juga dia malah berbalik “menasihati” kita. Kita pun dibuatnya bingung. 

Masih ada lagi. Di antara tetangga, ada yang "keras hati". Dia sama sekali tidak mau dinasihati. Terhadap tetangga yang demikian, jika diminta menasihatinya, kita mulai dengan mendoakannya agar Allah Subhanahu wa Ta’ala melembutkan hatinya.

Bagaimanapun sikap tetangga kita, tidak boleh kita lelah menasihatinya. Bagi orang beriman, nasihat itu tetap penting sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Al-Qur’an adz-Dzariyaat (51): 55),

وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ

”Dan tetaplah memberi peringatan karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” 

Tidak selalu Kata-Kata

Menasihati tidak selalu harus dengan kata-kata. Peristiwa yang dialami oleh para Nabi dan sahabatnya dan perilakunya dapat kita jadikan nasihat. Demikian pula halnya peristiwa yang dialami oleh tetangga dan perilakunya dapat kita jadikan nasihat bagi kita dan kita jadikan bahan untuk menasihati tetangga yang lain.

Peristiwa pemenjaraan Hamka oleh rezim Sukarno dapat menjadi nasihat. Setelah dibebaskan dari penjara, beliau kembali hidup bermasyarakat. Warga Muhammadiyah memahami benar bahwa pemenjaraan beliau bukan  karena beliau bertindak kriminal. Lalu, apa nasihat dari peristiwa tersebut?

Tidak setiap orang yang dipenjarakan adalah pelaku kejahatan. Dengan demikian, jika bertetangga dengan mantan narapidana, kita tetap berlaku baik. 

Ada tetangga yang tidak pintar berbicara, tetapi akhlaknya mulia, sangat rajin beribadah, akidahnya tegak lurus, dan muamalah duniawinya baik. Semua itu adalah nasihat juga meskipun tanpa kata-kata.

Ada pengalaman sangat menarik yang perlu kita jadikan nasihat, baik bagi kita sendiri maupun bagi tetangga kita. Pada tahun 2002 tetangga kami meninggal dalam usia sepuh. Ketika sakit, beliau tidak pernah mengeluh dan tidak lepas dari tasbih. 

Menjelang meninggal, beliau mengatakan kepada salah seorang anaknya bahwa kemungkinan selepas duhur beliau akan meninggal. Menyuruhlah beliau agar anak-anaknya berkumpul. Semua anaknya berkumpul. Lalu, beliau menyuruh anaknya agar menghadirkan saya. Namun, saya tidak dapat hadir karena sudah berada di kampus.
 
Kepada anak-anaknya beliau menasihati agar rajin beribadah, menjaga kerukunan, dan tidak bertengkar. Semua anaknya mematuhinya. 

Benar! Selepas salat duhur, beliau meninggal. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.  

Bagi kami peristiwa tersebut merupakan nasihat juga. Kami sangat mengenalnya sebagai orang yang rajin salat berjamaah di masjid ketika belum ada musala di dekat rumahnya. Setelah ada, beliau rajin salat berjamaah di musala. Di samping rajin salat berjamaah, beliau berakhlak mulia. Masyaallah!


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Ikhtiar Awal Menuju Keluarga Sakinah (24)  Oleh: Mohammad Fakhrudin (warga Muhammadiyah tingga....

Suara Muhammadiyah

16 February 2024

Wawasan

Memaknai Cakra Manggilingan dengan Menyelami R Ng Rangga Warsita Oleh: Rumini Zulfikar, Penasihat P....

Suara Muhammadiyah

6 February 2025

Wawasan

Merawat Kader, Merawat Ideologi: Muhammadiyah Harus Menjemput Bola Oleh: Kens Geo Danuarta, Kader I....

Suara Muhammadiyah

28 February 2024

Wawasan

Buya Hamka dan Pancasila Oleh: Fokky Fuad Wasitaatmadja, Associate Professor, Universitas Al Azhar ....

Suara Muhammadiyah

2 June 2024

Wawasan

Prahara Politik Putusan MK: Antara Horor dan Humor Oleh: Immawan Wahyudi,  Immawan Wahyudi Dos....

Suara Muhammadiyah

25 August 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah