Surah At-Taubah Ayat 12: Membedah Makna di Balik "Mencela Agama"

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
32
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Surah At-Taubah Ayat 12: Membedah Makna di Balik "Mencela Agama" demi Keadilan dan Perdamaian

Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Di tengah perdebatan panjang mengenai perdamaian dan kekerasan dalam Islam, pemahaman Al-Qur`an secara mendalam menjadi kunci. Seringkali, interpretasi yang telah mengakar selama berabad-abad membutuhkan tinjauan ulang, terutama jika kita ingin ajaran suci ini tetap relevan dan dipahami secara holistik di zaman sekarang. 

Salah satu contoh paling mencolok dari kebutuhan akan reinterpretasi ini adalah Surah At-Taubah, khususnya ayat ke-12; "Tetapi jika mereka melanggar sumpah mereka setelah membuat perjanjian denganmu, jika mereka mencela agamamu, maka perangilah para pemimpin kekafiran. Sumpah tidak berarti apa-apa bagi mereka agar mereka berhenti." Sepintas, ayat ini bisa jadi disalahpahami sebagai justifikasi untuk kekerasan ekstrem. Namun, kita perlu menelusuri lapisan-lapisan makna di baliknya.

Dalam tafsir tradisional, frasa kunci "jika mereka mencela agamamu" seringkali diartikan secara literal sebagai penghinaan verbal atau ejekan terhadap Islam dan Nabi Muhammad ﷺ. Pemahaman ini kemudian secara keliru digunakan untuk membenarkan respons keras, bahkan sampai pada hukuman mati. Interpretasi semacam ini gagal menangkap kekayaan konteks dan kedalaman leksikal bahasa Arab Al-Qur`an.

Kata Arab "tan," yang biasanya diterjemahkan sebagai "mencela" atau "mengejek," memiliki makna akar yang jauh lebih kuat: "menembus" atau "menusuk." Ini menyiratkan sebuah tindakan yang jauh melampaui sekadar kata-kata. Ini berbicara tentang upaya merongrong, menembus, atau merusak fondasi—sebuah agresi yang lebih substansial daripada sekadar provokasi verbal.

Lebih jauh lagi, kata "deen," yang secara umum dipahami sebagai "agama," ternyata memiliki spektrum makna yang lebih luas. "Deen" juga dapat merujuk pada "sistem keadilan" atau "hukum." Untuk menguatkan argumen ini, kita bisa merujuk pada Surah Yusuf, di mana frasa "deen raja" jelas merujuk pada hukum atau aturan yang ditetapkan oleh raja, bukan keyakinan spiritualnya. Oleh karena itu, ketika ayat 12 Surah At-Taubah menyebutkan "deen," kita diajak untuk melihatnya sebagai tatanan hukum dan keadilan masyarakat, bukan hanya dimensi spiritual semata.

Dengan pemahaman yang diperkaya ini, frasa "jika mereka mencela agamamu" bertransformasi maknanya menjadi "jika mereka merongrong sistem keadilan atau hukummu." Pergeseran interpretasi ini sangat fundamental, karena mengubah fokus dari respons terhadap penghinaan verbal menjadi penegakan hukum dan menjaga stabilitas tatanan sosial dari upaya subversif. Ini bukan lagi tentang menghukum kata-kata, melainkan tentang menanggapi tindakan nyata yang mengancam keutuhan dan keadilan sebuah komunitas.

Dengan bekal pemahaman yang lebih kaya ini, frasa kunci "jika mereka mencela agamamu" bukan lagi sekadar respons terhadap ejekan verbal. Kini, ia bergeser makna menjadi peringatan terhadap upaya sistematis merongrong fondasi keadilan atau hukum yang menjadi sandaran suatu masyarakat. Ini adalah perubahan perspektif yang monumental, mengalihkan fokus dari sekadar penghinaan kata-kata menjadi ancaman subversif yang nyata terhadap tatanan sosial dan stabilitas.

Kita juga perlu mengarahkan perhatian kita pada ayat berikutnya, ayat ke-13 dari Surah At-Taubah, yang berfungsi sebagai penjelas dan konteks tak terpisahkan dari ayat ke-12. Ayat ini berbunyi: "Tidakkah kamu akan berperang dengan orang-orang yang membubarkan sumpah mereka dan mereka bertekad untuk mengusir Nabi dan merekalah yang menyerangmu terlebih dahulu?" Ini adalah cahaya terang yang menyingkap tabir: pembenaran untuk bertindak tegas bukan terletak pada penghinaan lisan semata. 

Sebaliknya, ia berakar pada serangkaian pelanggaran berat: pembatalan perjanjian yang telah disepakati, niat jahat untuk mengusir pemimpin (yang berarti membongkar sistem yang sedang dibangun), dan yang terpenting, agresi fisik yang dimulai oleh pihak lain. Ayat ini secara gamblang menegaskan bahwa perintah untuk berperang adalah respons terhadap tindakan permusuhan yang nyata dan upaya destruktif yang sengaja merusak tatanan hukum dan sosial, jauh dari klaim sebagai pembenaran atas serangan terhadap kebebasan berekspresi. Ini adalah tentang pertahanan diri dan penegakan keadilan di hadapan provokasi yang mengancam eksistensi.

Dalam lanskap dunia modern yang kompleks dan saling terhubung, pelajaran dari Surah At-Taubah ayat 12 ini menjadi sangat relevan dan mendalam. Ia mengajarkan kepada umat Muslim bahwa hidup berdampingan secara damai dengan berbagai komunitas dan keyakinan adalah prinsip utama. Namun, prinsip ini tidak berarti pasif ketika dihadapkan pada ancaman. 

Jika ada pihak yang secara aktif merongrong sistem hukum dan keadilan yang berlaku—entah itu melalui korupsi, anarki, atau tindakan subversif lainnya—maka hal tersebut harus ditangani secara tegas melalui jalur hukum yang berlaku, dengan melibatkan aparat penegak hukum dan struktur pemerintahan yang sah. Ini bukanlah seruan untuk kekerasan tanpa pandang bulu, melainkan sebuah penekanan kuat pada penegakan hukum, pemeliharaan ketertiban sosial, dan perlindungan terhadap keutuhan masyarakat.

Sebagai penutup, saya ingin menggarisbawahi urgensi bagi umat Muslim di masa kini untuk melampaui pembelajaran tafsir klasik semata. Kita didorong untuk secara berani mengambil langkah mundur dan membaca Al-Qur`an dengan pandangan yang segar dan tanpa prasangka. Seringkali, seperti yang telah dibuktikan dalam kajian mengenai perdamaian dan kekerasan ini, kita akan menemukan bahwa Al-Qur`an menyampaikan pesan yang lebih nuansif dan beragam, yang mungkin berbeda dari interpretasi yang telah mengakar selama berabad-abad. Ini adalah undangan untuk terus belajar, merenung, dan memastikan bahwa pemahaman kita terhadap Kitab Suci selaras dengan nilai-nilai keadilan, perdamaian, dan kebijaksanaan universal.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Puasa Bukan Hukuman, Tapi Jalan Kebahagiaan Menuju Tuhan Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu B....

Suara Muhammadiyah

11 March 2024

Wawasan

Kado Lebaran Spesial Buat Sang KaderOleh: Rumini Zulfikar/Penasihat PRM Troketon "Akan menjadi inda....

Suara Muhammadiyah

14 April 2025

Wawasan

Kebangkitan yang Nyata, Bukan Seremonial Oleh: Agus setiyono, Marbot Masjid Taqwa3 Kota Jambi ....

Suara Muhammadiyah

20 May 2025

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan  Sebelum Abu Bakar wafat, ia menominasikan penasihat militernya, Umar bin ....

Suara Muhammadiyah

24 July 2023

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Peristiwa Isra` dan Mi'raj meru....

Suara Muhammadiyah

7 February 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah