Takwa dan Keberkahan Negeri

Publish

14 July 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
53
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Takwa dan Keberkahan Negeri

Oleh: Suko Wahyudi, PRM Timuran Yogyakarta 

Takwa, dalam narasi kenabian dan petunjuk Al-Qur’an, bukanlah sekadar konsep normatif atau terminologi spiritual belaka, melainkan fondasi eksistensial yang menjadi penentu arah hidup manusia, baik dalam ranah individu, sosial, maupun kenegaraan. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT secara berulang menegaskan bahwa takwa adalah poros utama kebajikan, sebab pertolongan Ilahi, dan jalan keluar dari pelbagai kesempitan yang menyesakkan. Lebih dari itu, takwa menjadi sebab turunnya keberkahan dari langit dan bumi, sebagaimana termaktub dalam QS. Al-A’raf ayat 96:

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi...” (QS. Al-A’raf [7]: 96)

Ayat tersebut menyajikan satu prinsip ilahiah bahwa keberkahan tidak semata-mata datang karena keuletan dan strategi duniawi, melainkan karena iman dan takwa yang mengakar dalam kehidupan. Oleh karena itu, takwa bukan hanya urusan personal yang bersifat individualistik, tetapi memiliki dampak kolektif, sistemik, bahkan struktural terhadap kehidupan suatu bangsa. Negeri yang dihuni oleh manusia-manusia yang bertakwa akan menikmati ketenteraman, keadilan, serta limpahan rahmat yang merata dalam seluruh aspek kehidupan.

“Sungguh, bagi kaum Saba’ terdapat tanda (kekuasaan Allah) di tempat kediaman mereka: dua kebun di kanan dan kiri. (Kepada mereka dikatakan), ‘Makanlah dari rezeki yang diberikan Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu adalah) negeri yang baik dan (Tuhanmu) Maha Pengampun.’” (QS. Saba’ [34]: 15)

Takwa adalah kesadaran transendental yang menginternalisasi keyakinan akan kehadiran dan pengawasan Tuhan dalam seluruh dimensi hidup. Ia menjadi parameter dalam berpikir, bersikap, dan bertindak. Takwa tidak berhenti pada dimensi ritualistik, melainkan menjelma menjadi praksis sosial. Ia mendorong seseorang untuk berlaku adil, jujur, amanah, serta menjauhi kezaliman, penindasan, dan segala bentuk kejahatan sosial. Dalam masyarakat yang takwa menjadi nafas kolektifnya, tidak akan ditemukan eksploitasi struktural, penindasan atas nama kekuasaan, atau ketimpangan sosial yang mencolok.

Takwa menggerakkan altruisme. Seorang yang bertakwa tidak akan membiarkan tetangganya lapar sementara ia kenyang. Ia terdorong untuk mengulurkan tangan kepada fakir miskin, anak yatim, dan kelompok rentan lainnya. Dalam konteks ini, takwa berperan sebagai katalisator solidaritas sosial dan perekat persaudaraan kebangsaan.

Syekh Ahmad Mustafa al-Maraghi dalam tafsirnya menafsirkan bahwa keberkahan yang dijanjikan dalam QS. Al-A’raf: 96 mencakup semua bentuk kemaslahatan dan kebaikan: turunnya hujan yang membawa kesuburan, hasil bumi yang melimpah, keamanan sosial, serta kelapangan hidup dalam berbagai aspek. Menurut al-Maraghi, iman dan takwa berfungsi sebagai benteng dari bencana dan prasyarat bagi kemajuan suatu negeri.

Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menegaskan bahwa kehancuran suatu negeri tidak selalu disebabkan oleh kelangkaan sumber daya atau kemiskinan material, melainkan oleh keruntuhan moral dan hilangnya takwa. Buya Hamka memandang ayat tersebut bukan sebagai janji yang bersifat magis, melainkan sebagai sunnatullah yang berlaku dalam sejarah umat manusia. Jika suatu masyarakat menegakkan nilai-nilai keadilan, menjauhi kemungkaran, serta membangun peradaban di atas fondasi iman, maka keberkahan adalah keniscayaan.

Dalam perspektif Islam, kepemimpinan yang dilandasi takwa adalah bentuk anugerah agung dari Allah SWT. Pemimpin yang bertakwa tidak akan menjadikan kekuasaan sebagai sarana akumulasi kekayaan pribadi, melainkan sebagai amanah ilahiyah yang harus ditunaikan dengan penuh tanggung jawab. Dalam sejarah Islam klasik, Khalifah Umar bin Khattab menjadi teladan utama dalam hal ini. Ia tidak pernah tidur nyenyak sebelum memastikan seluruh rakyatnya terjamin kebutuhannya. Inilah buah takwa: sensitivitas sosial dan integritas moral yang tinggi.

Negara yang dibangun atas asas takwa akan menegakkan supremasi hukum, menjunjung tinggi etika publik, memperluas akses pendidikan, serta memakmurkan warganya melalui distribusi kekayaan yang adil. Takwa dalam ruang kenegaraan juga berarti mengelola keragaman dengan bijak, mengedepankan musyawarah, serta menjunjung persaudaraan di atas perbedaan primordial.

Dalam lapangan ekonomi, takwa menjadi landasan etik yang mendorong transparansi, kejujuran, dan keberkahan dalam muamalah. Prinsip keuangan syariah yang mengharamkan riba, menganjurkan keadilan, serta mendorong pemberdayaan melalui zakat dan infaq adalah manifestasi nyata dari ekonomi yang berporos pada takwa. Ekonomi berbasis takwa adalah ekonomi yang menolak spekulasi, ekses kapitalistik, dan akumulasi yang tidak produktif.

Dalam bidang pendidikan, takwa menjadi fondasi pembentukan karakter. Pendidikan bukan hanya transmisi pengetahuan, tetapi juga transformasi moral. Lembaga pendidikan harus menjadi ruang suci untuk menumbuhkan insan kamil: manusia yang unggul dalam ilmu, matang dalam spiritualitas, dan luhur dalam perilaku. Kurikulum hendaknya mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dalam setiap mata pelajaran sebagai upaya menginternalisasi takwa dalam diri peserta didik.

Indonesia, negeri yang oleh banyak ulama disebut sebagai baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, dianugerahi kekayaan alam yang melimpah, keberagaman budaya yang memesona, serta populasi Muslim terbesar di dunia. Namun, realitas sosial menunjukkan bahwa sebagian besar rakyat masih terjerat dalam kemiskinan, ketimpangan, dan ketidakadilan.

Pertanyaan yang perlu kita renungkan secara kolektif: apakah negeri ini telah menjadikan takwa sebagai pondasi berbangsa dan bernegara? Apakah pemimpin-pemimpin kita menjalankan kekuasaan dalam bingkai amanah ilahiyah? Apakah rakyat secara umum menjunjung tinggi nilai kejujuran, solidaritas, dan keadilan?

Jika jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini belum memuaskan, maka inilah saatnya untuk kembali kepada takwa sebagai nilai dasar kehidupan berbangsa. Takwa harus menjadi ruh dalam perumusan kebijakan publik, dalam pembangunan ekonomi, dalam sistem hukum, serta dalam pendidikan nasional.

Pembangunan bangsa yang bertumpu pada takwa membutuhkan sinergi semua elemen. Keluarga sebagai unit terkecil harus menjadi madrasah pertama yang menanamkan nilai kejujuran dan kepedulian. Sekolah dan pesantren perlu menjadi ruang penguatan akhlak dan pemikiran yang kritis. Media massa harus menjadi agen pencerahan, bukan sekadar instrumen sensasi.

Ulama dan cendekiawan perlu terlibat aktif dalam diskursus publik dengan mengedepankan nilai-nilai keislaman yang rahmatan lil alamin. Pemerintah dan masyarakat sipil perlu membangun kolaborasi berbasis etika dan tanggung jawab sosial. Hanya dengan demikian, takwa akan menjelma sebagai kesadaran kolektif dan menjadi basis bagi keberkahan negeri.

Takwa adalah energi spiritual yang memberi arah bagi kehidupan pribadi dan kolektif. Ia adalah asas bagi turunnya keberkahan, baik dalam skala individu maupun kenegaraan. Al-Qur’an telah memberikan jaminan bahwa iman dan takwa akan melahirkan keberkahan dari langit dan bumi.

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-A’raf ayat 96 sebagai janji yang bersifat qath’i, bukan probabilistik. Maka, jika bangsa ini menginginkan kehidupan yang makmur lahir batin, damai dalam kebhinekaan, dan sejahtera secara hakiki, maka takwa harus ditegakkan dalam setiap poros kehidupan: dari keluarga, masyarakat, hingga negara.

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: “Barangsiapa yang hidup untuk Allah, maka Allah akan mencukupi seluruh hidupnya.”

Semoga Indonesia senantiasa berada dalam lindungan dan keberkahan Allah SWT, menjadi negeri yang subur, makmur, adil, dan diridhai-Nya: baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Amin.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Referensi Alkitab Netanyahu dan Konflik Gaza Oleh: Donny Syofyan/Dosen Fakultas Ilmu Budaya Univers....

Suara Muhammadiyah

12 March 2025

Wawasan

Revolusi Digital Mengubah Dunia Medis: Akses Layanan Kesehatan Sambil Rebahan  Oleh: dr. Tri S....

Suara Muhammadiyah

17 November 2024

Wawasan

Kekuatan Cinta Menyelamatkan Indonesia Oleh: Agusliadi Massere Indonesia adalah kode—yang me....

Suara Muhammadiyah

25 November 2023

Wawasan

7 Aspek Penting Dampak MBG Dalam Kehidupanmu Oleh: Ns Eko Deddy Novianto S.Kep.,M.A.P Dalam mewuju....

Suara Muhammadiyah

19 February 2025

Wawasan

Oleh: Hj. Deny Ana I'tikafia, SP. MM Wakil ketua PDA Jepara Ramadhan 1445 H telah meninggalkan kit....

Suara Muhammadiyah

13 April 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah