Tarjih Muhammadiyah Tekankan Pemurnian Ibadah Haji Lewat Kajian di UMS

Publish

7 May 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
596
Foto Istimewa

Foto Istimewa

SURAKARTA, Suara Muhammadiyah - Dalam rangka menyambut musim haji tahun 2025, Biro Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menyelenggarakan Kajian Tarjih secara daring pada Selasa (6/5), dengan tema “Tuntunan Manasik Haji berdasarkan Munas Tarjih Muhammadiyah”.

Kajian ini menghadirkan Yayuli, SAg., MPI., yang juga merupakan Kabid Pengalaman AIK dan Kaderisasi Pondok Lembaga Pengembangan Pondok Islam dan Kemuhammadiyahan (LPPIK) UMS.

Dalam paparannya, Yayuli menegaskan pentingnya manasik haji dilakukan sesuai tuntunan syariat, bukan berdasarkan kebiasaan turun-temurun yang belum tentu berdasar.

“Tarjih Muhammadiyah berupaya membersihkan ibadah dari unsur bid’ah yang menyimpang,” tegasnya.

Kajian ini juga menyoroti peran penting para pembimbing haji dalam membekali jamaah dengan pengetahuan yang benar dan mendalam. Pemahaman yang dangkal dapat menyebabkan kekeliruan dalam menjalankan ibadah haji.

Ia mengajak peserta untuk membaca dan memahami buku “Manasik Haji dan Umrah” terbitan Majelis Tarjih dan Tajdid yang disusun berdasarkan pendekatan tarjih dan istinbath yang mendalam.

Yayuli mencontohkan beberapa praktik manasik yang biasa dilakukan masyarakat namun tidak memiliki landasan dalil yang kuat, seperti ritual simbolik yang ditambahkan tanpa dasar dari Nabi.

Menariknya, sesi tanya jawab di akhir kajian turut memberikan dinamika tersendiri. Salah satu peserta, Prof Dr Kuswaji Dwi Priyono, MSi, yang juga sebagai dosen UMS, mengangkat pertanyaan kritis terkait pelaksanaan ibadah Tarwiyah yang menjadi bagian dari sunnah dalam manasik haji.

Ia mempertanyakan alasan Muhammadiyah tidak mengusulkan secara formal kepada pemerintah untuk memberikan fasilitas kepada jamaah yang berkeinginan melaksanakan Tarwiyah.

Menanggapi pertanyaan tersebut, Yayuli menjelaskan bahwa Muhammadiyah sejatinya mendorong pelaksanaan Tarwiyah sesuai sunnah Rasulullah, namun tetap mengedepankan asas kemaslahatan.

“Secara tarjih, Muhammadiyah tidak melarang Tarwiyah, bahkan menganjurkan jika mampu. Namun pemerintah memiliki pertimbangan logistik dan keamanan, terutama untuk menghindari kemacetan atau risiko lainnya,” jelasnya.

Yayuli menambahkan bahwa Majelis Tarjih mengembalikan keputusan Tarwiyah kepada kebijakan masing-masing pembimbing haji dan kesiapan jamaah. Menurutnya, pelaksanaan Tarwiyah memang diserahkan kepada kesanggupan fisik dan kondisi riil di lapangan.

“Karena ini bagian dari sunnah, maka tidak boleh mengalahkan kewajiban. Jika menyebabkan mudarat, maka lebih utama ditinggalkan,” pungkasnya. (Yusuf/Humas)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

KUALA LUMPUR, Suara Muhammadiyah – Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) dan Universitas Muhamm....

Suara Muhammadiyah

28 November 2024

Berita

CILACAP, Suara Muhammadiyah - STIE Muhammadiyah Cilacap menyelenggarakan STIEMC Futsal Cup 2 Pimpina....

Suara Muhammadiyah

29 April 2025

Berita

Kolaborasi akademisi dan pemerintah daerah wujudkan strategi sanitasi berkelanjutan SEMARANG, Suara....

Suara Muhammadiyah

1 October 2025

Berita

ABDYA, Suara Muhammadiyah - Aceh Barat Daya-Pembukaan perkaderan Baitul Arqam Muhammadiyah Pimp....

Suara Muhammadiyah

28 August 2024

Berita

SOLO, Suara Muhammadiyah - Meningkatkan karakter religius menjadi poin penting yang harus diterapkan....

Suara Muhammadiyah

13 January 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah