YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Isu keberlanjutan menjadi perhatian utama pendidikan tinggi dalam satu dekade terakhir. Sejak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meluncurkan agenda Sustainable Development Goals (SDGs) pada 2015, universitas dipandang sebagai aktor strategis yang tidak hanya mencetak sumber daya manusia, tetapi juga mendorong riset, inovasi, serta aksi nyata bagi lingkungan dan masyarakat.
Di Indonesia, semakin banyak perguruan tinggi yang menempatkan keberlanjutan sebagai bagian dari strategi jangka panjang. Salah satunya Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), yang konsisten mencatat prestasi dalam pemeringkatan global terkait kampus berkelanjutan. Komitmen itu kembali ditegaskan melalui peluncuran Sustainability Report 2024 pada Jumat (26/9) di Ruang Sidang AR Fakhruddin A, Kampus UMY.
Wakil Rektor Bidang Mutu, Reputasi, dan Kemitraan UMY, Ir. Slamet Riyadi, S.T., M.Sc., Ph.D., menegaskan bahwa laporan ini bukan sekadar dokumen formal, melainkan cermin tanggung jawab UMY sebagai perguruan tinggi persyarikatan.
“UMY memikul amanah membangun peradaban melalui pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, serta penguatan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan. Amanah ini tidak hanya menuntut capaian akademik, tetapi juga tanggung jawab sosial,” ujarnya.
Dalam laporannya, Slamet memaparkan capaian UMY di tingkat global. Pada 2024, UMY menempati posisi kedua nasional untuk perguruan tinggi swasta dalam QS Sustainability Ranking, dengan posisi global di kisaran 1.100. Dalam Times Higher Education (THE) Impact Ranking, UMY berada di rentang 600–800 dunia, sementara di UI GreenMetric UMY berhasil menembus posisi ke-136 dunia atau termasuk 9 persen universitas paling berkelanjutan di dunia.
Menurut Slamet, capaian tersebut membuktikan bahwa UMY tidak hanya berfokus pada reputasi akademik, tetapi juga pada kontribusi nyata terhadap pembangunan berkelanjutan.
“Prestasi dalam pemeringkatan ini adalah ukuran kontribusi akademik yang riil, bukan hanya di atas kertas,” katanya.
Kontribusi itu antara lain tercermin dalam bidang riset. Hingga 2024, UMY telah menghasilkan lebih dari 3.892 publikasi bereputasi internasional dengan total 20.734 sitasi. Setiap tahun, lebih dari 1.200 penelitian terkait SDGs dilakukan dengan kolaborasi melibatkan 33 negara.
UMY juga mengelola lebih dari 24.000 mahasiswa aktif, termasuk ratusan mahasiswa internasional. Kondisi ini, menurut Slamet, memperkuat peran UMY sebagai kampus multikultural yang melahirkan generasi muda berwawasan global, toleran, dan siap menghadapi tantangan dunia.
Meski demikian, Slamet mengakui masih ada pekerjaan rumah yang perlu dibenahi, khususnya dalam pengelolaan air, energi, dan infrastruktur berkelanjutan. UMY terus berupaya meningkatkan efisiensi energi, memperluas penggunaan energi terbarukan, serta memperkuat program pengabdian masyarakat.
“Dengan prinsip catur dharma yang utuh, kami ingin melangkah menuju masa depan yang lebih sehat, berkeadilan, dan sejahtera, tidak hanya untuk UMY tetapi juga bagi bangsa Indonesia dan masyarakat global,” tegasnya.
Slamet menambahkan, peluncuran Sustainability Report 2024 menjadi bukti nyata bahwa UMY tidak sekadar berbicara soal SDGs, melainkan benar-benar menerapkannya dalam kerja akademik, sosial, dan kemasyarakatan.
“Semoga langkah keberlanjutan yang kami tempuh menjadi amal jariah, sekaligus membawa maslahat bagi umat, bangsa, dan dunia,” tutupnya.
Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan dan Reputasi Global UMY, Dr. Mega Hidayati, M.A., menekankan bahwa laporan ini rutin diterbitkan setiap tahun sebagai bentuk akuntabilitas UMY kepada publik.
“Laporan ini adalah bukti komitmen dan tanggung jawab kami, bukan hanya kepada masyarakat lokal dan nasional, tetapi juga masyarakat global. Kebijakan UMY diarahkan pada tata kelola yang berkeadilan, pengelolaan sumber daya yang ramah lingkungan, serta inovasi yang memberi manfaat nyata bagi masyarakat,” ujarnya.
Mega berharap peluncuran Sustainability Report 2024 dapat menjadi momentum memperkuat langkah keberlanjutan UMY.
“Kami ingin memastikan bahwa keberlanjutan bukan sekadar jargon, tetapi hadir dalam praktik nyata, baik melalui pendidikan, riset, maupun pengabdian. Semoga langkah yang kami tempuh membawa manfaat, tidak hanya bagi civitas academica, tetapi juga masyarakat luas, bangsa Indonesia, dan komunitas global,” ungkap Mega.
Strategi UMY dalam Mendukung SDGs 1, 2, dan 8
Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia, Prof. Dr. Dyah Mutiarin, M.Si., memaparkan capaian UMY pada sejumlah indikator Sustainable Development Goals (SDGs). Tiga poin utama yang dipaparkan meliputi SDGs 1 (No Poverty), SDGs 2 (Zero Hunger), dan SDGs 8 (Decent Work and Economic Growth).
Prof. Dyah, yang akrab disapa Prof. Arin, membuka paparannya dengan SDGs 2 (Zero Hunger), di mana UMY menempati peringkat 101–200 dunia berdasarkan Times Higher Education Impact Ranking 2024. Berbagai program telah dijalankan untuk memperkuat ketahanan pangan, seperti pembagian beras rutin bagi pegawai, penyediaan voucher belanja melalui koperasi karyawan, makan siang gratis untuk karyawan, hingga program Serasa Masa atau sarapan bersama mahasiswa. Setiap bulan Ramadan, UMY juga membagikan takjil melalui program Takjil Drive Thru.
Dalam bidang riset, UMY mendanai 84 penelitian dengan total Rp1,91 miliar, berfokus pada peningkatan gizi, penanganan stunting berbasis IoT dan AI, serta penguatan produksi pangan. Program pengabdian masyarakat juga berjalan dengan 77 kegiatan senilai Rp975,6 juta, termasuk pembangunan greenhouse berbasis IoT dan pengembangan teknologi pupuk nano.
Selanjutnya, pada SDGs 8 (Decent Work and Economic Growth), UMY juga berada di peringkat 101–200 dunia. Prof. Arin menegaskan bahwa kesejahteraan pegawai menjadi prioritas serius, melalui pemberian gaji di atas UMK, THR, gaji ke-13, tunjangan keluarga, serta asuransi kesehatan. Dari sisi riset, terdapat 175 penelitian senilai Rp3,71 miliar yang membahas ekonomi produktif, inklusi keuangan, hingga pasar kerja digital, dengan jejaring kolaborasi bersama 14 negara.
Dalam pengembangan mahasiswa, UMY mengelola program magang industri dan inkubasi usaha. Adapun di bidang pengabdian masyarakat, UMY melaksanakan 125 program senilai Rp1,72 miliar, meliputi pelatihan kerja, pemberdayaan UMKM, hingga mentoring start-up bagi pemuda dan ibu rumah tangga.
Paparan kemudian ditutup dengan SDGs 1 (No Poverty), di mana UMY berada di peringkat 301–400 dunia. Fokus diarahkan pada peningkatan akses pendidikan melalui 28 jenis beasiswa senilai Rp2,9 miliar, mulai dari beasiswa kurang mampu, prestasi, atlet, kader Muhammadiyah, hingga penghafal Al-Qur’an.
Dari sisi riset, UMY mengalokasikan 134 penelitian dengan total Rp2,99 miliar, mencakup pemberdayaan desa, inovasi keuangan sosial, hingga transformasi komunitas. Dalam program pengabdian masyarakat, UMY menyasar kelompok rentan seperti petani kecil, perempuan kepala keluarga, penyandang disabilitas, UMKM, serta program penguatan pertanian dan pendampingan ekonomi keluarga.
“Di kampus, UMY mengembangkan sarana ramah difabel dan melaksanakan 135 program pengabdian senilai Rp1,57 miliar yang melibatkan mitra dari enam negara, sebagai upaya aktif menciptakan transformasi sosial dan ekonomi di akar rumput,” pungkas Prof. Arin.
Dari Air Bersih hingga Klinik Lansia
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof. Dr. Zuly Qodir, M.Ag., memaparkan capaian universitas pada tiga indikator Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu SDGs 6 (Clean Water and Sanitation), SDGs 4 (Quality Education), dan SDGs 3 (Good Health and Well-Being).
Pada SDGs 6, UMY tercatat berada di peringkat 301–400 dunia. Menurut Prof. Zuly, capaian ini menunjukkan komitmen serius kampus dalam menjamin akses air bersih dan sanitasi yang layak.
“Alhamdulillah, UMY masuk peringkat 301–400 dunia untuk aspek air bersih dan sanitasi. Ini pencapaian yang baik karena kompetisi dengan kampus dunia sangat ketat. UMY telah membangun sistem drainase ramah lingkungan, sumur resapan, hingga mineral water station gratis bagi mahasiswa dan karyawan,” jelasnya.
Di bidang riset, UMY mendanai 32 penelitian senilai Rp633 juta bersama tujuh negara, dengan fokus pada inovasi pengelolaan air, termasuk Smart Water Irrigation dan sensor debit air sungai berbasis IoT. Sementara itu, 34 program pengabdian masyarakat telah dijalankan, mulai dari pipanisasi, pembangunan sumur bor, hingga pelatihan pembuatan eco enzyme.
Untuk SDGs 4 mengenai pendidikan berkualitas, UMY berada pada peringkat 401–600 dunia. Prof. Zuly menegaskan bahwa pendidikan di UMY bersifat inklusif, inovatif, dan berpihak pada kelompok rentan. Ia juga menyoroti keragaman mahasiswa di kampus.
“Sekarang kami memiliki lebih dari 159 mahasiswa asing, serta lebih dari 60 mahasiswa non-Muslim dari berbagai latar belakang agama, seperti Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha. Itu menunjukkan bahwa UMY benar-benar inklusif, baik dari segi agama maupun etnis,” ujarnya.
Riset terkait pendidikan juga terus dikembangkan. Hingga 2024, tercatat 184 penelitian dengan total pendanaan Rp4,2 miliar berfokus pada pendidikan inklusif, literasi digital, dan pembelajaran inovatif, berkolaborasi dengan 13 negara. Dari sisi pengabdian, 236 program senilai Rp3,11 miliar dijalankan untuk memperkuat dampak pendidikan bagi masyarakat.
Sementara itu, pada SDGs 3 tentang kesehatan, UMY juga menempati peringkat 401–600 dunia. Prof. Zuly menekankan bahwa kampus memiliki tiga instalasi kesehatan, yaitu RS AMC Muhammadiyah, Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM), dan Klinik Pratama Firdaus, yang didukung oleh RS PKU Muhammadiyah Gamping sebagai mitra strategis.
Pendanaan riset di bidang kesehatan mencapai lebih dari Rp4,9 miliar dengan kolaborasi bersama 14 negara. Fokus penelitian mencakup sistem peringatan dini stunting, teknologi laser-acupressure, hingga pemanfaatan AI dalam deteksi dini penyakit jantung.
Tak hanya riset, UMY juga mengimplementasikan lebih dari 230 program pengabdian masyarakat senilai Rp2,7 miliar di bidang kesehatan. Program tersebut meliputi klinik keliling lansia, sekolah sehat berbasis PHBS, hingga pendampingan Posyandu.
“Alhamdulillah, ada klinik-klinik lansia yang bisa dimanfaatkan masyarakat. Jadi, jika ada orang tua dari bapak-ibu di rumah, mereka dapat mengakses fasilitas kesehatan ini,” tutup Prof. Zuly di hadapan puluhan jurnalis yang hadir dalam kegiatan tersebut. (Mut)