Oleh: Wahjudin, Kader Muhammadiyah Ranting Podosari, Kesesi, Pekalongan
اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْإِنْسَانَ وَفَضَّلَهُ عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيْلًا. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ خَاتَمِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Puji syukur kehadirat Allah SwT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, keluarga, dan para sahabatnya.
Sebentar lagi, kita memperingati hari kemerdekaan bangsa Indonesia yang ke 80, sebuah momen bersejarah yang patut kita syukuri dan renungkan. Kemerdekaan bukan hanya sekadar terbebas dari penjajahan, tetapi juga sebuah amanah besar untuk membangun bangsa yang lebih baik.
Dalam Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar, konsep Dar al-Ahdi wa asy-Syahadah ditegaskan untuk menggambarkan sikap umat Islam terhadap Indonesia. Artinya, Indonesia adalah: Dar al-‘Ahdi, negeri perjanjian, karena bangsa ini berdiri atas dasar konsensus luhur antara berbagai kelompok, suku, dan agama. Dar asy-Syahadah, negeri tempat umat Islam bersaksi, menunjukkan kesaksian keimanan melalui amal nyata membangun bangsa.
Ini berarti umat Islam termasuk warga Muhammadiyah harus menjadikan keislamannya sebagai kekuatan membangun bangsa, bukan sebagai alat memecah belah.
Dalam konteks Muhammadiyah, kemerdekaan Indonesia dipandang sebagai bagian dari konsep Dar al-Ahdi wa asy-Syahadah, yaitu sebuah konsep yang menekankan bahwa negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan pada perjanjian (ahdi) dan kesaksian (syahadah) terhadap nilai-nilai Islam. Konsep ini menggarisbawahi bahwa kemerdekaan harus diisi dengan upaya membangun masyarakat yang adil, makmur, dan diridhai Allah SwT.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ:
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا
Artinya: "Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan." (QS. Al-Isra: 70)
Ayat ini mengingatkan kita akan kemuliaan manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi. Kemerdekaan adalah sarana untuk mewujudkan kemuliaan tersebut, yaitu dengan membangun peradaban yang berlandaskan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan kesejahteraan bersama.
Saudara-saudara seiman
Muhammadiyah, sebagai gerakan Islam yang berjuang untuk kemajuan bangsa, memandang bahwa mengisi kemerdekaan berarti menegakkan nilai-nilai Islam dalam setiap sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Kita harus terus berjuang melawan kemiskinan, kebodohan, dan ketidakadilan. Kita harus menjadi contoh teladan dalam kejujuran, amanah, dan tanggung jawab.
Rasulullah saw bersabda:
«إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ»
Artinya: "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Ahmad)
Hadits ini menegaskan bahwa Islam adalah agama yang sempurna, yang mengajarkan akhlak yang mulia. Mengisi kemerdekaan dengan semangat Islam berarti membangun karakter bangsa yang kuat, berakhlak mulia, dan berpegang teguh pada nilai-nilai agama.
Sebagai umat Islam, kita diajarkan oleh Rasulullah untuk mencintai tanah air dan memperjuangkan kemaslahatan umat.
Rasulullah bersabda:
مَنْ لَمْ يُهْتَمَّ بِأَمْرِ الْمُسْلِمِينَ فَلَيْسَ مِنْهُمْ
"Barang siapa yang tidak peduli terhadap urusan kaum Muslimin, maka dia bukan termasuk golongan mereka." (HR. Thabrani)
Hadis ini menegaskan pentingnya kepedulian sosial dan tanggung jawab kebangsaan sebagai bagian dari keimanan.
Oleh karena itu, mari kita isi kemerdekaan ini dengan hal-hal yang positif: menegakkan keadilan, memberantas kemiskinan, menjaga akhlak generasi muda, dan merawat persatuan bangsa.
Warga Muhammadiyah melalui berbagai amal usaha: sekolah, rumah sakit, panti asuhan, masjid, dan sebagainya, telah membuktikan bahwa agama bisa menjadi kekuatan pembangun, bukan hanya simbol-simbol semata.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Mari kita jadikan momentum hari kemerdekaan ini sebagai bahan introspeksi diri. Sudahkah kita mengisi kemerdekaan ini dengan amal sholeh? Sudahkah kita menjadi bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa? Mari kita tingkatkan kualitas diri, kuasai ilmu pengetahuan, dan berperan aktif dalam pembangunan. Jadikanlah kemerdekaan ini sebagai wahana untuk meraih ridha Allah SwT.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ,
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ,
وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ؛
اَللَّهُـمَّ إِنيِّ أَعوُذُ بِكَ مِنْ عَذاَبِ جَهَنَّمَ،وَمِنْ عَذاَبِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْـنَةِ الْمَحْياَ وَالْمَماَتِ وَمِنْ فِتْـنَةِ الْمَسيِحِ الدَّجاَِ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ
اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Sumber: Majalah SM Edisi 15/2025