Lebih Dekat dengan Allah

Publish

19 January 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
1563
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Lebih Dekat dengan Allah

Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Bagaimana caranya agar lebih dekat dengan Allah. Pernahkah Anda berkir apakah Tuhan dekat atau jauh? Di mana Tuhan? Sementara umat Kristiani, setidaknya beberapa dari mereka, mengatakan bahwa Tuhan hidup dalam mereka. Jadi mereka merasakan keterikatan yang dekat dengan Tuhan.

Bagaimana dengan Muslim? Apakah kita merasa bahwa Tuhan terlalu jauh sehingga kita tidak dapat menghubungi-Nya? Saat kita menyaksikan pelbagai masalah yang terjadi di muka bumi berupa dosa, kejahatan dan kekejaman, ada yang bertanya di mana Tuhan di tengah semua ini? Untuk itu, mari kita lihat apa yang dikatakan Al-Qur`an tentang kedekatan Allah dan manusia.

Al-Qur`an menunjukkan bahwa Allah sangat dekat dengan kita. Tuhan selalu menyadari dan penuh perhatian terhadap semua yang kita lakukan dan katakan, terlepas dari kenyataan bahwa para malaikat akan merekam apa pun yang kita katakan. Tuhan maha menyadari. Dia adalah Al Khabir (Maha Mengenal) dan Al ‘Alim (Maha Mengetahui). 

Lebih dari ini, Allah mengingatkan, “Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (QS 2: 186).

Kebetulan ayat ini berkaitan atau hadir setelah ayat-ayat tentang kewajiban puasa selama bulan Ramadhan. Ini menunjukkan bahwa ada hubungan dekat antara puasa dan kedekatan dengan Allah. Ayat ini meyakinkan kita bahwa manusia sangat dekat dengan Allah dan bahwa Allah juga sangat dekat dengan kita. Dia menanggapi doa-doa kita. Dalam surah lain disebutkan, “dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan” (QS 8: 24). Pada ayat ini, kita mengetahui bahwa Tuhan berada antara manusia dan hatinya.

Di sini kita berbicara bahwa Allah menjadi bagian internal kita. Dalam pemahaman dan teologi Muslim secara umum, kita menganggap Tuhan sebagai transenden. Dia tidak iminen di dunia. Dunia terpisah dan berbeda dari Tuhan Yang Mahakuasa yang transenden. Ini cara terbaik untuk meletakkan hubungan Allah sebagai khalik dan manusia selaku makhluk-Nya. Tapi kita yakin bahwa meskipun ada transendensi Tuhan, Dia tetap dekat dengan manusia. Begitu dekatnya sehingga Dia digambarkan berada di antara manusia dan hati manusia, seperti termaktub dalam surah di atas. 

Dalam ayat lain yang begitu kesohor di kalangan Muslim, Al-Qur`an menyatakan, “Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya” (QS 50: 16). Apa artinya semua ini bagi kita? Ini berarti kita tidak boleh menganggap Tuhan itu jauh dan tidak terjangkau. Kita harus menganggap Tuhan begitu dekat. Dia memperhatikan apa yang kita katakan dan lakukan. Dan kita selalu dapat menjangkau Tuhan sebagai pencipta, pelindung, dan pendukung kita.

Sekarang, bagaimana kita lebih dekat dengan Allah? Salah satu caranya adalah dengan puasa selama bulan Ramadhan. Kita membaca di hadits, bahwa ketika kita berpuasa maka ganjarannya adalah dari Allah sendiri. Hadis itu mengatakan bahwa Allah akan membalasnya. Salah satu cara menafsirkannya adalah bahwa Tuhan sendiri sebagai ganjarannya—wa ana ajzi bihi (Aku akan membalasanya atau Aku sebagai ganjaran untuk itu). 

Ketika kita berpuasa, kita sadar bahwa kita berpuasa karena Allah. Tidak ada orang lain yang penting. Kita bisa saja berbuka karena kita berada dalam privasi kita sendiri, tetapi kita masih mempertahankan aturan puasa karena kita tahu bahwa ibadah ini adalah antara kita dan Allah.  Kita juga dapat mendekat kepada Allah dengan amalan sunnah. Sebuah hadits mengatakan ketika kita melakukan amalan sunnah karena Allah, kita akan semakin dan lebih dekat dengan Tuhan, sampai Dia menjadi tangan yang kita sentuh, kaki yang kita jalani dan seterusnya.

لَ يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَربُ إِليَّ بِالنّوَافِلِ حَتَّى اَحْبَبْتهُ فَكُنْتُ سَمْعَهُ الَذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ اّلَذِي يَبْصُرُ بِهِ وَيَدُ اّلَتي يَبْطِسُ بِهَا. "Hamba-Ku selalu mendekati-Ku dengan amal nawafil (sunnah), sehingga Aku menciptakannya. Maka Aku akan menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar, menjadi penglihatannya yang ia melihat dengannya, menjadi tangannya yang ia memegang dengannya, dan menjadi kakinya yang dengannya ia berjalan." Secara simbolis ini berarti bahwa apa pun yang kita lakukan dengan anggota tubuh kita akan menjadi harmoni dengan keridaaan Tuhan. 

Al-Qur`an mengatakan, “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharapkan keridaan Allah, kami tidak mengharap balasan dan terima kasih dari kamu” (QS 76: 9). Lalu dalam sebuah hadits disebutkan bahwa nanti di hari kiamat Tuhan akan bertanya kepada manusia. “Mengapa Engkau tidak memberi Aku makan saat Aku lapar?” Dan orang-orang akan berkata, “Engkau adalah pencipta alam. Bagaimana Engkau bisa lapar?” Allah menjawab. “Tidakkah engkau tahu bahwa ada hamba-hamba-Ku yang kelaparan. Apakah engkau tidak menyadarinya? Jika Engkau memberi mereka makan, engkau artinya memberi Aku makan.” Hadits ini menunjukkan bahwa kita dapat membangun kedekatan dengan Tuhan dengan menyantuni dan memberi makan orang-orang miskin dan mereka yang membutuhkan. 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Hadlarah

Oleh : Dartim Ibnu Rushd  Dosen Prodi Pendidikan Agama Islam-Universitas Muhammadiyah Surakart....

Suara Muhammadiyah

6 January 2024

Hadlarah

Mengaji untuk Ketenangan Hati Oleh: Mohammad Fakhrudin Muslim mukmin pada bulan Ramadhan sanga....

Suara Muhammadiyah

25 March 2024

Hadlarah

Oleh: Azizah Herawati, SAg, MSI Anggota Majelis Pembinaan Kader Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Jih....

Suara Muhammadiyah

10 May 2024

Hadlarah

Oleh: M. Husnaini Dosen Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia Kitab Masalah Lima, ....

Suara Muhammadiyah

29 February 2024

Hadlarah

Makna Hijab Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Ketika kita berbic....

Suara Muhammadiyah

3 January 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah