Legiun 'Ndregil'

Publish

23 October 2023
pcm

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
443
Dok SM

Dok SM

Legiun 'Ndregil'

Selasa pagi 17 Oktober 2023, tersiar kabar duka wafatnya tokoh sepuh Muhammadiyah Bantul KH. Syuaib Musthofa. Almarhum hingga akhir hayatnya masih mengemban amanah sebagai Penasihat Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bantul masa bakti 2022-2027. 

Mbah Syuaib aktivis hebat, dari peran sebagai pendidik, tokoh agama, tokoh masyarakat, birokrat, bahkan politisi mampu dijalaninya. Termasuk peran sebagai Ketua PDM Bantul dijalaninya di periode tahun 1985 hingga 1990. 

Bakda magrib, suamiku pamit hendak takziyah ke rumah duka Mbah Syuaib. Sedikit aneh, suamiku takziyah mengenakan seragam perguruan Tapak Suci. Kucoba menebak alasannya, mungkin karena yang wafat seorang tokoh sepuh Muhammadiyah di Bantul, maka Ketua Tapak Suci Bantul hadir takziyah berseragam perguruan.

Waktupun berlalu, saat berbincang di rumah kuperoleh sedikit cerita tentang Mbah Syuaib dari suamiku. Kendati tidak dekat dengan Mbah Syuaib, bukan berarti suamiku tidak pernah berbincang dengan beliau. 

Ceritanya, suamiku pernah sowan Mbah Syuaib ke ndalem beliau di Bejen. Dalam perbincangan itu, Mbah Syuaib sempat ngendiko, “Mas, kowe ki putune Pak Dasuki, sik ndregil yo koyo mbahmu!” (Mas, kamu itu cucunya Pak Dasuki, yang ndregil ya seperti kakekmu!”) 

Suamiku cucu tertua Mbah Dasuki, teman Mbah Syuaib yang sama-sama wafat di Bulan Oktober 2023. Menurut suamiku, teman kakeknya di Muhammadiyah yang masih sugeng di tahun 2023 adalah Mbah Syuaib Musthofa dan Mbah Zamroni Karangtengah. 

Mbah Dasuki kakeknya suamiku wafat 2 Oktober 2023, sedangkan Mbah Syuaib wafat 15 hari kemudian tanggal 17 Oktober 2023. Keduanya wafat di usia 92 tahun, dan di pekan terakhir Bulan September saudara seperjuangan ini sempat bersama dirawat di Al A’raf lantai 3 RSU PKU Muhammadiyah Bantul.

Senior mereka, Mbah Zamroni Karangtengah saat ini masih sugeng di usianya yang telah seabad lebih. Menurut suamiku, pembaca yang ingin ketemu Mbah Zamroni dapat mampir berjamaah magrib di Masjid Karangtengah Imogiri, insya Alloh beliau ada di sana.

Setelah Mbah Syuaib wafat, rupanya suamiku penasaran mengapa beliau menilai kakeknya ndregil. Iseng suamiku bertanya kepada Mbah Google tentang arti kata ndregil. Mbah Google menyajikan informasi dari kamus Jawa online bahwa ndregil artinya rajin, tekun bekerja.

Selain itu, Mbah Google juga menampilkan informasi dari sebuah tulisan berjudul Ketokohan K.H. Ahmad Dahlan serta Keahliannya dalam “Membaca” karya Dr. Muh Damami Zein, MA yang dimuat di Tabligh.id. Pak Damami dalam tulisannya menjelaskan Kyai Ahmad Dahlan sebagai sosok yang ndregil yang bermakna selalu saja mempunyai solusi atas permasalahan yang terjadi di sekitarnya.

Baiklah, tulisan ringan ini memaknai ungkapan ndregil yang berarti rajin sajalah. Sudah lebih dari 10 tahun aku menjadi istri dari cucu Mbah Dasuki. Menurutku atribut rajin sangat pas dengan sosok beliau. 

Sepanjang hari Mbah Dasuki benar-benar tidak pernah berpangku tangan, ada saja yang dilakukannya. Jangankan membersihkan rumput, di usia 90an tahun beliau sanggup menebang pohon kelapa, ya meski bukan pohon yang tinggi. 

Soal menuntut ilmu, di usia senjanya juga masih sangat bersemangat. Beliau dengan entengan menghadiri undangan ngaji sampai di Bambanglipuro bahkan Galur mengendarai sepeda motor Suzuki dengan kopling tangan. Itu dilakukannya hingga usia 89 tahun, aktivitas ini baru berhenti setelah dilarang berkendara oleh dokter Barkah PKU Bantul.

Aktivitas mengisi pengajian dan khotib jumatan tetap rajin dijalani Mbah Dasuki di usia senjanya. Pengajian bakda isyak, bakda subuh, masih mengasuh rutin selapanan di berbagai masjid. Tentu lebih ramai lagi jadwalnya di Bulan Ramadhan. 

Perkara menepati jadwal ngisi ngaji bagi Mbah Dasuki adalah harga mati, sebagai orang yang sudah sangat lanjut usia di tengah guyuran hujan deras-pun beliau tetap berangkat ngaji. Pernah Mbah Uti (nenek suamiku) meminta agar suaminya tak perlu berangkat ngisi ngaji karena hujan deras dan jalan yang dilaluinya dahulu belum diaspal. 

Biarpun sudah sepuh, Mbah Dasuki tetap berangkat ngisi ngaji dengan alasan kasihan jamaah yang hadir nanti kecelik. Beliau mensiasati jalan licin dengan naik sepeda jengki yang dahulu digunakan sekolah ibu mertuaku di SMA Muhi Jogja.  Alasannya, saat melintasi jalan licin berlumpur tetap aman karena sepedanya bisa dituntun. Sebagai kendaraan tempur, di sepeda jengkinya selalu terselip mantel plastic 5000an yang setia melindunginya dari guyuran hujan. 

Mbah Dasuki sejak 1955 bersahabat dengan Mbah Zamroni Karangtengah. Menurut suamiku, mereka pertama kali ketemu dalam acara perkaderan Masyumi di Krapyak. Suamiku mendengar cerita ini saat mengantar kakeknya membezuk Mbah Zam di PKU Bantul selepas subuhan di Bulan Ramadhan tahunnya lupa. 

Saat itu, pas sahur dikabarkan Mbah Zam kritis di PKU, lalu bakda subuhan suamiku mengantar kakeknya membezuk. Alhamdulillah saat dibezuk rupanya Mbah Zam sudah stabil dan bisa saling berbagi cerita dengan sahabatnya. 

Mbah Zam ini aktivis Muhammadiyah yang sangat ndregil. Untuk ngaji, rapat, aktivitas ke manapun Mbah Zam setia menggenjot sepeda tuanya. Mbah Zam sering berkunjung ke rumah Mbah Dasuki, nyepeda dari Imogiri ke Cepit di usia senjanya.  

Suatu hari di tahun 2010, Mbah Dasuki menerima kunjungan Mbah Zamroni. Menurut suamiku, terjadinya menjelang Musda Muhammadiyah Bantul di Dlingo. Usai berbincang di pendopo rumah, mereka pergi boncengan dengan sepeda motor Suzuki koplingan tangan. 

Suamiku mendapat keterangan dari neneknya bahwa Mbah Zam mendapat tugas dari Pak Asrori Ma’ruf. Ketua PDM Bantul ini minta bantuan Mbah Zam untuk melakukan pemeriksaan keuangan guna persiapan Musda. Rupanya internal auditornya PDM (sekarang namanya LKPP) tidak menjalankan fungsinya karena pengurusnya sibuk semua. 

Untuk tugas ini Mbah Zam perlu memobilisasi para legiun ndregil, dan Mbah Dasuki menjadi pilihannya. Kemudian mereka boncengan motor tujuannya mencari personil tambahan, tentu saja yang akan mereka kunjungi juga geng kasepuhan. 

Suamiku sekolahnya akuntansi, jadi paham betul bahwa kakeknya akan berhadapan dengan ruwetnya laporan keuangan yang sama sekali tidak memakai standar.  Spontan dia minta neneknya membujuk agar kakeknya menolak tugas itu. 

Bagi suamiku, para kasepuhan yang seharusnya seneng-seneng ngaji kok diberi tugas mengaudit. Spontan sang nenek menjawab, “Kowe ki, mbah kakungmu kae nek wes didhawuhi Muhammadiyah ora bakal nolak, opo meneh sik ngampiri Mbah Zam”. 

Suamiku tidak menyerah, dia-pun mendatangi bendahara PDM Pak Waluyo, J.Pe yang kebetulan seniornya di Tapak Suci. Kepada Pak Waluyo suamiku protes, “Niki PDM kok ndagel, angkatan 45 kok didhawuhi mrikso keuangan, mesakke to, nek malah hipertensi pripun?”  

Protes dari yuniornya ditanggapi enteng Pak Waluyo, “Wong Muhammadiyah sik enom pinter ki okeh mas, ning kasunyatan angel golek sik gelem berkhidmat nyambut gawe kanggo PDM, kabeh alasane sibuk”. Suamiku diam, tak ada gunanya debat dengan Pak Waluyo, toh Musda juga sudah dekat dan para legiun ndregil itu dengan rela hati melaksanakan tugas dari Ketua PDM-nya.

Terjawab sudah kenapa suamiku bertakziyah mengenakan seragam Tapak Suci, alasannya karena yang wafat adalah seorang pentolan legiun ndregil yang tetap ndregil hingga akhir hayatnya. Oktober ini juga sedang semarak Hari Santri, harapan kita semua santri Indonesia ndregil, rajin, tekun, sehingga mampu berkontribusi mengatasi masalah bangsa kita.  

Karena ndregil, para santri telah berperan memerdekakan Indonesia, mencerdaskan Indonesia, mencerahkan Indonesia, dan memajukan Indonesia. Insya Aloh, sampai kapanpun para santri tetap ndregil untuk melindungi dan menyelamatkan Indonesia dari ancaman kepentingan siapapun yang hendak merugikan bangsa dan negaranya. Selamat Hari Santri. 

Aminnu Annafiyah, Guru SMA Negeri 2 Bantul 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Humaniora

Anak Minang Rantau: Sebuah Pembelajaran Oleh: Saidun Derani Kehadiran Awak Samo Awak (ASA) merupak....

Suara Muhammadiyah

1 February 2024

Humaniora

Oleh: Nur Ngazizah “Saya titipkan Muhammadiyah dan Aisyiyah kepadamu sebagaimana almarhum Kia....

Suara Muhammadiyah

30 November 2023

Humaniora

Cerpen Sucipto Jumantara Pohon-pohon di belakang rumah selalu membawa anganku terbang jauh ke suasa....

Suara Muhammadiyah

2 February 2024

Humaniora

Oleh: Cristoffer Veron Purnomo Dari ufuk timur Indonesia, tepatnya di Merauke, ada salah satu kader....

Suara Muhammadiyah

30 October 2023

Humaniora

Harapan dalam Tiap Proses Hidup  Amalia Irfani, LPPA PWA Kalbar  Ma fil aba, fil abna, &....

Suara Muhammadiyah

22 December 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah