BOGOR, Suara Muhammadiyah - Semangat anak muda sering muncul dari hal yang sederhana. Bagi Zahwalia Putri, sebuah unggahan Instagram puskesmas dekat rumah justru membuka jalan menuju panggung besar. Dari situlah mahasiswi FKM UMJ angkatan 2023 ini memantapkan langkah, hingga akhirnya terpilih menjadi finalis Duta Muda Sehat Kota Bogor 2025.
Perjalanan menuju posisi ini tidak datang begitu saja. Zahwalia punya kisah yang menarik, berawal dari rasa ingin berkontribusi untuk kota kelahirannya hingga akhirnya menemukan jalannya lewat sebuah unggahan sederhana di media sosial.
Sejak lama Zahwa, punya keinginan untuk aktif di kegiatan atau komunitas yang bermanfaat bagi masyarakat Bogor. Ketika melihat pengumuman pendaftaran Duta Muda Sehat, ia langsung tertarik. Namun bukan sekadar coba-coba, ia lebih dulu mencari tahu apa saja tugas dan kegiatan yang dilakukan para duta.
“Ternyata program ini nyambung banget sama bidang studiku di kesehatan masyarakat. Dari situ aku mulai kumpulin niat, bikin komitmen, dan nyiapin berkas administrasi,” ceritanya.
Bagi Zahwa, kesempatan ini bukan hanya soal gelar atau prestasi, tapi juga peluang untuk menambah pengalaman dan membangun relasi dengan berbagai pihak, khususnya Dinas Kesehatan Kota Bogor yang menjadi penyelenggara utama.
Tampil Berbeda di Tengah Puluhan Peserta
Seleksi Duta Muda Sehat Kota Bogor 2025 diikuti lebih dari 50 peserta dari berbagai latar belakang. Namun Zahwalia percaya bahwa setiap orang membawa keunikan masing-masing.
“Kalau aku sih merasa unik karena punya latar belakang kesehatan, aktif juga di organisasi yang fokusnya edukasi kesehatan, serta punya semangat belajar dan komitmen yang tinggi,” ujarnya
Kata komitmen seolah menjadi mantra baginya. “Duta ini kan sifatnya pengabdian. Dengan komitmen, kita bisa konsisten mengedukasi, mengajak teman sebaya untuk hidup lebih sehat, dan tetap menjaga semangat apapun tantangannya.”
Salah satu tahapan penting adalah tes tulis. Beruntung, panitia menyediakan kisi-kisi sehingga peserta bisa mempersiapkan diri lebih matang.
“Alhamdulillah banget, materi tes tulisnya itu 90 persen isinya mata kuliah yang aku ambil semester lalu. Ada PM, PTM, Kespro, Promkes, dan lain-lain,” jelasnya.
Hal ini membuat Zahwalia tidak merasa asing. Ia hanya perlu membuka kembali catatan kuliah dan memperdalam studi kasus dari sumber resmi seperti Bogor Smart Health. Tantangan terasa lebih menyenangkan karena materi yang diujikan sejalan dengan apa yang sudah ia pelajari di kampus.
Setelah tes tulis, peserta juga menghadapi sesi wawancara. Meski sempat grogi, Zahwalia menghadapinya dengan percaya diri. Menurutnya, kunci utama adalah tetap tenang dan menunjukkan keaslian diri.
Karantina 3 Hari yang Penuh Pembelajaran
Begitu diumumkan lolos sebagai finalis, perjalanan tidak berhenti di sana. Zahwalia bersama finalis lain langsung menjalani masa karantina selama tiga hari. Di sinilah, pengalaman yang benar-benar membuka wawasan dimulai.
Selama karantina, peserta dibekali materi yang padat mulai dari Kawasan Tanpa Rokok (KTR), HIV/AIDS, Kesehatan Reproduksi, GERMAS, PHBS, Sanitasi Lingkungan, Gizi, Komunikasi Efektif, hingga Personal Branding.
“Ada juga beauty class dari Wardah supaya kita bisa tampil lebih percaya diri dan rapi sebagai representasi Duta Muda Sehat,” cerita Zahwalia.
Tidak hanya menerima materi, para finalis juga mendapat penugasan khusus. Mereka harus membuat video edukasi, twibbon dengan tema kesehatan seperti stunting dan hipertensi, hingga presentasi penyuluhan di hadapan juri. Presentasi ini dilengkapi sesi tanya jawab, menjadikannya momen ujian nyata tentang sejauh mana pemahaman mereka terhadap isu kesehatan.
Meski padat, karantina juga menjadi ruang untuk saling mengenal. “Karena dari pagi sampai magrib bareng-bareng terus selama tiga hari, otomatis jadi makin dekat. Jadi banyak momen bonding sama teman-teman finalis lainnya.”
Ketika diminta merangkum pengalaman karantina, Zahwalia menyebut tiga kata yang menurutnya paling pas kolaboratif, interaktif, dan insightfull.
“Kolaboratif, karena aku jadi kenal teman-teman dari berbagai latar belakang dan menemukan ide-ide baru untuk berkolaborasi. Interaktif, karena selama karantina banyak diskusi, sharing, dan tanya jawab. Insightfull, karena rasanya kayak dapat pembekalan penuh sebelum benar-benar terjun sebagai Duta Muda Sehat,” ungkapnya dengan penuh semangat.
Harapan & Langkah ke Depan
Grand final jadi momen puncak. Setiap finalis harus menyampaikan pidato tiga menit sesuai tema yang ditentukan panitia, lengkap dengan properti pendukung. Zahwa pun menyiapkan diri dengan memperdalam materi dan berlatih menyampaikan gagasan dengan jelas.
Bagi Zahwalia, menjadi finalis bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan pengabdian. Harapan utamanya adalah bisa membawa manfaat nyata, terutama bagi masyarakat Bogor.
Dalam waktu dekat, ia dan tim Duta Muda Sehat akan terlibat dalam monitoring dan evaluasi KTR (Kawasan Tanpa Rokok). Selain itu, mereka juga akan ikut serta dalam kegiatan promosi kesehatan, seperti GERMAS ke sekolah-sekolah.
“Duta ini juga terbuka untuk berkolaborasi dengan instansi atau organisasi lain. Contohnya, kegiatan terdekat nanti kita diundang untuk kolaborasi dengan FEB UI dalam acara bakti sosial,” ujarnya penuh optimisme.
Bagi banyak orang, mungkin menjadi finalis sebuah ajang hanyalah sebuah prestasi tambahan. Namun bagi Zahwalia Putri, pengalaman ini jauh lebih bermakna. Ia melihatnya sebagai pintu untuk belajar, berjejaring, sekaligus berkontribusi nyata bagi kesehatan masyarakat.