MAGELANG, Suara Muhammadiyah - Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah KH Tafsir saat membuka Rakerwil II LP UMKM PWM Jawa Tengah mengatakan, di seratus tahun pertamanya, Muhammadiyah berfokus membangun sekolah, rumah sakit, dan amal usaha sosial. Namun sekarang, Muhammadiyah mulai terpikir untuk membangun pasar alias ekonomi. Hal ini bukan tanpa alasan, jauh sebelum itu, tepatnya di era kenabian, membangun sektor ekonomi keumatan menjadi sesuatu yang sangat strategis untuk memuluskan perjuangan dakwah. Contoh konkritnya 14 abad lalu melalui peristiwa hijrah yang dilakukan oleh kaum Muhajirin ke Madinah.
Sesampainya di Madinah, rombongan kaum Muhajirin yang dipimpin Abdurrahman bin Auf meminta ditunjukkan di mana lokasi pasar. Ia menolak tawaran kaum Anshar yang menawarinya istri dan rumah. Abdurrahman lebih memilih untuk mencari penghidupan di pasar dengan berdagang.
Berkaca kepada kisah kaum Muhajirin dan Anshar tersebut, Muhammadiyah selama 1000 tahun pertama sejatinya belum berpikiran untuk membangun pasar. Baru setelah memasuki abad keduanya, Muhammadiyah mulai berbicara pasar melalui pengembangan UMKM.
"Kita tidak boleh untuk tidak mencoba sekalipun bermain di ekor. Sudah waktunya Muhammadiyah selesai berbicara tentang ormas. Kita anggap Muhammadiyah telah selesai berbicara kesehatan, pendidikan, dan sosial," tegasnya.
Sekalipun fokus membangun pasar, ia berpesan kepada seluruh warga Persyarikatan untuk tidak mengabaikan kekuasaan. Menurutnya, penguasa sangat menentukan dalam berbagai aspek dakwah yang dilakukan oleh Muhammadiyah. Mulai dari aspek kebijakan, perizinan, keamanan, dan lain sebagainya.
"Sehingga sekarang kita perlu membuat paradigma baru, Muhammadiyah sebagai ormas kita anggap selesai. Saatnya kita buat Muhammadiyah sebagai sociopreneurship," ucap Tafsir.
Baginya, terkait dengan AUM yang sudah ada, seperti AUM pendidikan dan kesehatan, hanya perlu dikembangkan dan ditingkatkan kualitasnya. Dan untuk AUM ekonomi seperti UMKM yang tergolong baru, sektor ini yang menurut hematnya perlu terus dibangun dan diperbanyak di semua lapisan.
"Muhammadiyah bukan sekedar ormas tapi juga sociopreneur," tegasnya.
"Melalui rakerwil ini diharapkan dapat menghasilkan keputusan dan kebijakan yang strategis untuk perkembangan UMKM ke depan," tambahnya.
Edy Sulistyo, Kepala UMKM Jawa Tengah yang hadir mewakili Gubernur Jawa Tengah mengatakan, Muhammadiyah sebagai organisasi yang besar, tidak hanya berperan di sektor pendidikan dan kesehatan, tapi juga berperan menggerakkan sektor ekonomi kerakyatan.
"Langkah inovasi menjadi sesuatu yang harus dilakukan di era sekarang. Berdaya saing tanpa meninggalkan nilai keislaman. Saya yakin, itulah yang terus dilakukan oleh Muhammadiyah hingga sekarang," paparnya. (diko)

