Pemikiran Revitalisasi Ajaran Islam

Publish

5 June 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
1560
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Pemikiran Revitalisasi Ajaran Islam

Oleh: Dr. Masud HMN, Dosen Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA), Jakarta

Pekerjaan besar menantang kita untuk menyingsingkan lengan baju, bekerja keras dalam berusaha. Di antaranya adalah melakukan revitalisasi ajaran Islam.

Aliran pembaruan Islam amat terkenal pada zaman tabi'in, tetapi di zaman sekarang juga menjadi tugas kita menyambung tugas tabi'in itu. Alasannya, pada masa di mana para sahabat telah tiada, muncullah para pemikir utama yang menjadi “penerang zaman”.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah adalah seorang terkemuka. Dia menjadi terdepan tatkala puncak abad pertengahan mengalami masalah. Berperan sebagai “juru penerang dari situasi dan kondisi” lantaran para sahabat telah wafat.

Sang tokoh Ibnu Taimiyah tampil membawa literasi Islam dengan ar-rujuu ilal-Islam wa as-Sunnah, kembali pada Al-Qur'an dan as-Sunnah, hingga Islam diamalkan secara benar dan terlepas dari takhayul dan bid'ah.

Dia lahir pada tahun 1263 Masehi dan wafat pada 1328 Masehi, pada masa puncak abad pertengahan Dinasti Khalifah Abbasiyah. Lahir di Baghdad, Irak, Ibnu Taimiyah (1263-1328) menghasilkan pemikiran dan menulis berbagai buku. Di antara bukunya yang terkenal yang ditulis dalam terjemahan Inggris berjudul "A Great Compilation of Fatwa". Buku lainnya juga banyak lagi.

Pemikirannya identik dengan pemikiran Mohammad Abduh (1849–1905) tentang teologi dalam Islam. Buku itu hampir sama dengan ilmu kalam, ilmu tentang ketuhanan. Buku Muhammad Abduh yang mengemukakan tentang takwil berbeda dengan tafsir. Hal ini dikutip oleh Buya Hamka (1908-1981) dalam buku tafsirnya "Tafsir al-Azhar". Buya Hamka lebih setuju dengan kata tafsir ketimbang kata takwil.

Kita memandang tokoh Ibnu Taimiyah, Muhammad Abduh, dan Buya Hamka sebagai tokoh pemikir Islam. Mereka itu tampil sebagai penghindar dari Tahayul, Bid'ah, dan Khurafat (TBC).

Demikian itu perlu kita tindak lanjuti. Ke depan, agar Islam tetap terkawal dengan baik, maju, dan berkeadaban.

Zaman kini, revitalisasi menjadi penting tatkala paham global sekulerisasi dan semacamnya merajalela. Kita tak boleh berdiam diri saja. Mari kita aktif melakukan usaha.

Pekerjaan itu seperti diciptakan KH Ahmad Dahlan lewat organisasi Muhammadiyah, mengejawantahkan ajaran Islam dan menentang takhayul, bid'ah, dan khurafat (TBC).


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Posisi Manusia dan Kemerdekaan Diri Oleh: Agusliadi Massere Kemerdekaan diri, baik kemerdekaan pik....

Suara Muhammadiyah

4 November 2023

Wawasan

 Meninggalkan Kebaikan Wujud Cinta pada Persyarikatan Oleh: Amalia Irfani Jika menelusuri sa....

Suara Muhammadiyah

6 September 2023

Wawasan

Ibnu Abbas dan Mujahid Tentang Ayat Mutasyabihat Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Un....

Suara Muhammadiyah

21 August 2024

Wawasan

Refleksi Milad Muhammadiyah ke-113: Dakwah Mencerahkan di Tingkat Nasional dan Internasional Oleh: ....

Suara Muhammadiyah

18 November 2025

Wawasan

Manusia Tersesat dalam Makna Al-Fatihah Ayat 6 Oleh: Bayu Madya Chandra, SEI, Pengajar Ponpes Darul....

Suara Muhammadiyah

26 September 2025